Setiausaha Agong PBB Ban Ki-Moon menyerukan diakhirinya kekerasan di Sabah.
Seruan itu datang setelah Malaysia melakukan serangan
militer dalam upaya mengakhiri pendudukan oleh sekelompok warga Filipina
yang mengatakan tanah itu milik mereka.
Sedikitnya 27 orang tewas sejak ketegangan selama dua minggu itu berubah menjadi kekerasan.
Hari Rabu, pasukan Malaysia mengatakan mereka telah menemukan sedikitnya 13 jenazah.
Dalam sebuah pernyataan, kantor Ban mengatakan ia
menghimbau semua pihak untuk berdialog dan mencari penyelesaian konflik
secara damai.
"Sekretaris-Jenderal menyatakan kekhawatiran akan dampak
situasi ini pada warga sipil, termasuk pekerja migran di wilayah itu,"
demikian isi pernyataan.
"Ia mendesak semua pihak untuk memfasilitasi masuknya
bantuan kemanusiaan dan bertindak dengan menghormati penuh norma serta
standar hak asasi manusia internasional."
Aksi damai
Sekitar 200 orang warga Filipina itu mendarat di desa
pesisir di Lahad Datu, Sabah, pertengahan Februari, dan mengatakan
bahwa wilayah itu adalah milik mereka.
Para demonstran mengatakan mereka khawatir dengan keamanan rakyat Filipina di Sabah.
Menyebut diri mereka Tentara Kerajaan Sulu, mereka
mengaku sebagai keturunan Kesultanan Sulu di Filipina selatan dan
menuntut pemerintah Malaysia membayar sewa tanah mereka.
Upaya oleh pemerintah Filipina dan Malaysia untuk
membujuk mereka agar meninggalkan daerah itu gagal dan akhir pekan lalu,
pertempuran pecah antara klan tersebut dan polisi Malaysia. Delapan
polisi Malaysia dan 19 orang anggota klan tewas.
Pada hari Selasa, pasukan Malaysia dengan dukungan jet
tempur melancarkan operasi di sekitar Tanduo yang menjadi tempat
persembunyian klan tersebut.
Hari Rabu mereka melakukan pencarian besar-besaran di
wilayah itu, dan mengatakan kemungkinan ada warga Filipina yang
bersembunyi dengan menyamar sebagai warga lokal.
Klan itu mengatakan tidak ada anggota klan mereka
yang terbunuh tapi pejabat Malaysia menunjukkan foto-foto 13 mayat di
kuburan dangkal di Tanduo.
Pemerintah Malaysia dan Filipina mendapat tekanan publik akibat krisis ini.
Sebuah aksi damai dilakukan di ibukota Filipina, Manila,
Rabu malam meminta resolusi damai dan menyatakan kekhawatiran mereka
untuk keselamatan warga Filipina yang memang tinggal dan bekerja di
Sabah.
"Kami sangat khawatir situasi akan menjadi di luar kendali," kata Norhaya Nacusag pada Reuters.
"Kami bersatu dan tegas meminta kedua belah pihak untuk
melaukan gencatan senjata dan agar pemerintah Malaysia serta Sultan Sulu
segera bekerja sama mengakhiri konflik serta membuka dialog."
| Sumber: BBC Indonesia
No comments:
Post a Comment